Kepala BKKBN: Hampir Semua Perempuan Perokok Bayinya Pasti Kecil

0 0
Read Time:2 Minute, 29 Second

Liptan6.com, Jakarta – Direktur Jenderal Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan asap rokok yang dihirup ibu bisa berbahaya bagi bayi.

“Jika bayi masih dalam kandungan ibu dan ibu terus menghirup asap rokok, maka bayi tersebut akan kekurangan oksigen dan akan terlahir kecil. Jadi bagi hampir semua wanita yang merokok, bayinya pasti akan berukuran kecil.” katanya dalam “Aksi Akselerasi.” Program Surat Wasiat Mitra (PPS) Kabupaten Sleman Jumat, 26 Januari 2024

Akibat ibu hamil yang menghirup asap rokok, bayi memiliki berat badan kurang dari 2,5 kg, lahir kecil, dan stunting. Oleh karena itu, jika ibu hamil terpapar asap rokok secara pasif, bayinya bisa terluka. .

Efek tersebut bisa terjadi karena rokok mengandung berbagai zat berbahaya, seperti karbon monoksida (CO) yang dapat masuk ke aliran darah.

“Saat kita merokok, (asap) tembakau tersebut mengandung karbon monoksida (CO) yang berbahaya bagi kesehatan kita. Ketika CO masuk ke dalam darah, darah tidak dapat bergabung dengan oksigen, dan akhirnya tubuh kita kekurangan oksigen,” jelas Hast. .

Bidan juga menjelaskan, jika rokok dibiarkan di asbak dan dinyalakan, maka asapnya akan terhembus ke area sekitar.

“Ini juga berbahaya karena asap di dalam ruangan 50 kali lebih beracun dibandingkan asap yang Anda hirup. Mengapa asap asbak lebih beracun? Karena perokok tidak menghirup racun tersebut,” jelas Hast.

Selain dampak asap rokok, Hast juga memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya 1000 hari pertama kehidupan (HPK).

“Allah menciptakan manusia, dan pada usia 1000 HPK, gembok depan manusia akan tertutup sulit bagi otak untuk tumbuh setelah 24 bulan.

Oleh karena itu, sangat penting untuk mencegah stunting yaitu 1.000 HPK sejak dalam kandungan. Setelah itu selisih usia anak menjadi 3 tahun, kemudian tidak diberikan makanan tambahan sampai 6 bulan, dan hanya ASI saja. diberikan. “Ada kebutuhan,” katanya.

Sementara itu, petugas kesehatan sekaligus pakar BKKBN Rio Cristian Utomo menjelaskan tiga dampak buruk stunting.

“Stunt mempunyai tiga kekurangan, yaitu tinggi badan yang pendek, kecerdasan yang rendah, dan rasa sakit,” kata Ryo saat melakukan kegiatan yang sama.

Hadir pula Bupati Suleman Kustini Sri Purnomo. Ia menceritakan upaya yang dilakukan timnya dalam program percepatan penurunan angka stunting (PPS).

“Kami telah membentuk tim pemajuan stunting (TPPS) dari tingkat kabupaten hingga kecamatan. Saat ini jumlahnya 2.088 orang.

Selain TPPS, juga dibentuk 104 pelaksana pembangunan manusia untuk tim pendukung keluarga stunting (TPK).

“Salah satu strategi kami untuk mengatasi stagnasi pertumbuhan adalah dengan memanfaatkan konsep lima spiral yang mencakup pemerintah sebagai regulator, akademisi, dunia usaha, dan organisasi masyarakat,” kata Custini.

Inisiatif lain yang dilakukan Kabupaten Sleman untuk menurunkan stunting adalah program “Dapur Sehat Atasi Stunting” atau “Dashat” yang berlokasi di Quality Family Village.

“Saat ini seluruh kecamatan di Kabupaten Sleman merupakan Kampung Keluarga Berkualitas atau Kampung KB,” kata Custini.

Jika dilihat perkembangan stunting berdasarkan registrasi dan pelaporan gizi berbasis masyarakat elektronik (e-PPGBM) pada tahun 2022, prevalensi stunting di wilayah Sleman sebesar 6,88%, sedangkan pada tahun 2023 sebesar 4,51%.

Berkat prestasi tersebut, Kabupaten Sleman dianugerahi Penghargaan Mangala Kariya Kencana dan mampu menerima sembilan penghargaan tingkat nasional selain Perayaan Hari Keluarga Nasional (Harganas) tahun 2023.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %