Saham BRIS Tembus ke Level Rp 2.010 Hari Ini 18 Januari 2024

0 0
Read Time:4 Minute, 57 Second

robbanipress.co.id, Jakarta – Saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) kembali menunjukkan kinerja yang baik, semakin menonjolkan daya tarik sektor perbankan syariah terbesar di Indonesia ini sebagai salah satu sarana investasi.

Pada Kamis (18/1/2024), harga penyedia kode BRIS itu naik menjadi 2.010 riyal per saham atau tertinggi sejak November 2021. 100 triliun.

Pada perdagangan hari ini, BRIS menjadi saham yang memiliki kinerja baik di indeks saham keuangan dan masuk dalam 5 saham teratas indeks LQ45.

Sekretaris Bank Syariah Indonesia Gunawan A. Hartoyo mengatakan, kegiatan distribusi yang positif ini merupakan respon positif investor terhadap peningkatan aktivitas perseroan.

Insya Allah kinerja yang baik akan terus kami pertahankan untuk meningkatkan kepercayaan dan memberikan nilai tambah bagi investor, kata Gunawan dalam keterangan resminya, Kamis (18/1/2024).

Sementara itu, Investor Relations BSI Rizki Budinanda mengatakan, pergerakan kenaikan saham selama tiga bulan terakhir ini merupakan respons positif investor terhadap saham tersebut, baik lokal maupun asing. “Perusahaan.

Ia menambahkan, pergerakan saham perseroan mencerminkan prospek positif terhadap pertumbuhan bisnis perseroan, prospek pasar perbankan syariah di Indonesia yang masih belum teregulasi, dan perbankan Indonesia yang terus tumbuh sehat dan berkelanjutan.

Insya Allah BSI dapat terus memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan industri perbankan syariah di Indonesia dan memberi manfaat bagi masyarakat, serta memberi manfaat bagi investor dalam berinvestasi di saham BRIS, kata Rizki.

Berdasarkan data bisnis Kamis 18 Januari 2024, penjualan BRIS mencapai Rp 136 miliar. Rata-rata penjualan BRIS pada tahun 2024 naik 79,8% dibandingkan rata-rata tahun 2023.

Selama tahun 2023, BRIS menjadi salah satu saham yang mampu memberikan return tinggi, yakni 34,88%. Lebih tinggi dibandingkan saham blue chip lainnya.

Sebelumnya diberitakan, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) atau BSI diperkirakan akan mengalami peningkatan pendapatan yang cukup baik di tahun 2023.

CEO Bank Syariah Indonesia Heri Gunard memperkirakan pertumbuhan tahunan akan meningkat lebih dari 30% pada tahun 2023.

“Margin keuntungan 2023 dibatasi 30-31%, jadi kemungkinan besar. Sekarang kita lakukan audit, belum selesai, tinggal konsisten saja,” kata Heri saat ditemui di Jakarta, Selasa ( 16/1/2024) . ).

Jika memperhitungkan laporan keuangan kuartal III 2023, laba BSI mencapai 4,2 triliun dram hingga September 2023. Fakta ini mengalami peningkatan sebesar 31,04% dibandingkan tahun sebelumnya. Ini dia.

Sementara itu, Wakil Direktur BSI Bob Tyasika Ananta menjelaskan bahwa BSI memang menjadi pemimpin di pasar syariah. Namun BSI juga membutuhkan bank yang kompetitif dan memiliki biaya kepemilikan yang relatif besar. “Karena ukuran bank itu penting,” jelas Bob.

Menurutnya, Indonesia merupakan negara dengan populasi umat Islam terbesar di dunia. Oleh karena itu, hal ini merupakan peluang bagi pengembangan perbankan syariah yang berkelanjutan. Sekitar 87% dari 250 juta penduduk Indonesia, atau 229 juta penduduknya, adalah Muslim.

Melihat indikator-indikator tersebut, prevalensi perbankan syariah di masyarakat seharusnya tinggi, meski penetrasi perbankan syariah di tanah air hanya 7%. Artinya, 93% penduduk Muslim di Indonesia tidak memiliki akses atau akrab dengan bidang keuangan, perbankan, dan perbankan. Oleh karena itu, BSI berkomitmen untuk terus meningkatkan literasi dan inklusi keuangan di masyarakat.

Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) berencana meraih hasil baik pada tahun 2024 di tengah perekonomian dunia yang masih penuh tantangan. Harapan tersebut tidak lepas dari kuatnya basis bisnis perusahaan dan perekonomian nasional yang masih baik.

Direktur Treasury dan Perbankan Internasional BSI Moh. Adib mengatakan, kekuatan utama perseroan yang pertama untuk menunjang kesuksesan perusahaan adalah jumlah pelanggan. Saat ini BSI menjadi bank terbesar ke-5 di Indonesia dengan 19,22 juta nasabah atau tumbuh 10,9 persen year-on-year (YoY) pada Q3 2023.

Kedua, BSI kuat dalam pembiayaan nasabah. Hingga September 2023, BSI telah menyalurkan dana senilai Rp232 triliun, meningkat 15,94 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Segmen konsumen mendominasi dengan nilai 117,92 triliun.

Ketiga, Bank Syariah Indonesia juga banyak memberikan perhatian pada sektor UMKM. Padahal, dari pembiayaan jangka panjang BSI sebesar Rp53,6 triliun hingga September 2023, mayoritas atau Rp43,4 triliun dihimpun oleh sektor UMKM.

Lanjutnya, untuk mendukung perputaran roda perekonomian di sektor riil, BSI terus mendukung pertumbuhan UMKM di Indonesia. Dengan memperhitungkan rasio Pembiayaan Inklusif Makroprudensial (RPIM), maka 34,75 persen dari total pembiayaan BSI merupakan pembiayaan inklusif.

“Untuk mendukung perputaran roda perekonomian sektor UMKM Indonesia, tingkat pendanaan makroprudensial yang inklusif atau 34,75 persen dari total pendanaan BSI lebih baik,” kata Adib dalam acara BSI Sharia Economic Outlook 2024, Jumat (17/11/2023). .

Menurut dia, faktor lain yang mendukung kepercayaan diri perusahaan adalah proses strategis penerapan transformasi digital. Hal tersebut merupakan peningkatan layanan perbankan syariah di era digital.

Misalnya saja BSI Mobile yang menjadi pilihan sebagian besar nasabah untuk bertransaksi. 97 persen nasabah menggunakan BSI Mobile untuk bertransaksi sehari-hari dan hanya sekitar 3 persen nasabah yang masih mengunjungi cabang untuk bertransaksi.

“Pada September 2023, transaksi di BSI Mobile mencapai 438 juta. Ada peningkatan sebesar 343,78 juta pada periode yang sama tahun 2022, kata Adib.

Sementara itu, Kepala Ekonom BSI Banjaran Surya Indrastomo mengatakan perekonomian internasional masih lesu. Hal ini termasuk kebijakan moneter ketat yang dilakukan bank sentral di negara maju seperti Amerika Serikat. Juga suku bunga utama bank yang akan tinggi hingga tahun 2023.

Inflasi global terkendali, namun masih terdapat risiko kenaikan harga komoditas akibat ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina atau Israel-Palestina. Selain itu, terdapat risiko perubahan iklim dan gangguan cuaca El Nino yang dapat menghambat produksi pangan hingga paruh pertama tahun 2024.

Artinya, suku bunga acuan diperkirakan akan turun pada semester II 2024. Pada saat yang sama, ketidakpastian perekonomian dan pasar keuangan global diperkirakan meningkat akibat dinamika politik pemilu presiden AS.

Menurut dia, perekonomian nasional diperkirakan akan tumbuh positif sebesar 5-6 persen, seperti yang terjadi pada tahun 2023. “Di tengah ketidakpastian global, BSI memperkirakan perekonomian Indonesia akan tumbuh lebih dari 5 persen pada tahun depan. “Konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh kuat,” imbuhnya.

Selain itu, ia mengatakan tingkat konsumsi akan tinggi pada tahun 2024, dengan manufaktur yang stabil untuk memenuhi kondisi pasokan di wilayah tersebut (PMI Manufacture > 50). Hal ini menunjukkan kepercayaan pengguna. Ini salah satu hal yang membantu proses pemilu, yang menggerakkan perekonomian, karena meningkatkan belanja daerah.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %