Pribadi Cerdas, Modal Utama Jadi Warganet Berakhlak Mulia di Ruang Digital

0 0
Read Time:2 Minute, 24 Second

JAMBI – Ibarat pedang bermata dua, perkembangan teknologi digital atau internet menawarkan dua pilihan. Salah satu sisi Internet adalah memudahkan orang berkomunikasi dan mencari informasi. Di sisi lain, internet juga memberikan dampak negatif seperti pemalsuan, pornografi, perjudian, dan penipuan online. Modal apa yang harus dimiliki warganet agar bisa berakhlak mulia di ruang digital?

“Jadilah penggiat jejaring yang kuat. Ciri yang pertama adalah selalu berpikir kritis dan tekun untuk menjadi konten kreator yang positif dan bermanfaat. Kedua, menjalin komunikasi dan interaksi positif antar pengguna jaringan. Ketiga, menjaga keamanan identitas digital dan jejak digital kita, kata Joan Prayuda, Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Tanjab) Provinsi Jambi, dalam diskusi literasi digital secara chip-in bersama beberapa generasi muda. . masyarakat di Kuala Tungkal, Tanjab Barat, Sabtu (30/3) resp.

Diskusi luring bertema “Menjadi Netizen Berakhlak Mulia” yang digelar usai salat tarawih dihadiri beberapa komunitas pemuda di Jambi. Antara lain: Panitia Kriya, Teater Tanjak, Pemuda Al Falah, Sanggar Seni Cahaya, Pemuda Tenun, Pemuda Masjid Baitul Makmur dan Komunitas Persatuan Sanggar Melayu.

Joan Prayuda mengingatkan peserta untuk tidak sembarangan membagikan informasi pribadi. Selain itu, jagalah jejak digital Anda dan basmi penindasan maya dan ujaran kebencian dengan memastikan bahwa ucapan online Anda selalu sopan, sopan, dan bermoral. “Sinergikan semua ini dalam interaksi internet sehari-hari, Insya Allah menjadi modal yang ampuh,” kata Joan dalam diskusi yang dimoderatori Rudi Candra.

Dari sudut pandang etika digital, presenter TV M. Habibi mengatakan, selain harus kompeten dan tegas di ruang digital, pengguna internet juga harus kritis dan bijak dalam menerima segala macam informasi tentang aplikasi media sosial. mengakses. .

“Ciri netizen yang cerdas dan bijak adalah kemampuannya dalam membuat konten yang kreatif dan positif. “Kita juga bisa mengedepankan akhlak yang tinggi dan selektif dalam menerima informasi,” kata Habibi yang juga bekerja di Bagian Protokol dan Komunikasi Pemerintah Kabupaten Tanjab Barat itu.

Terkait dengan hal tersebut, Habibi terus melibatkan guru, sahabat, dan orang tua agar tidak sesekali menyebarkan hoax atau pesan viral, khususnya di kelompok Women’s Aid. “Selalu periksa dulu. Pastikan pesan dan video yang Anda terima akurat. “Memeriksa dan mengecek sebelum berbagi harus menjadi budaya kita di ruang digital,” tambah Habibi.

Sementara dari sisi budaya digital, Direktur Mudyk Institute Riyanto menyampaikan perlunya terus menjaga Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika dan ajaran agama sebagai pedoman etika dan teladan dalam berinteraksi di dunia nyata dan digital. .

“Ayo, hindari selalu penggunaan internet yang negatif seperti perundungan, ujaran kebencian, hoax, perjudian bahkan penipuan online. “Kalau ketemu, pastikan kita hentikan,” kata Riyanto yang juga dosen bisnis digital Universitas Jambi itu.

Sekadar informasi, chip dalam diskusi yang digelar di Tanjab Barat ini merupakan bagian dari Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD). GNLD merupakan upaya percepatan transformasi digital di bidang pendidikan dan kelompok masyarakat menuju Indonesia yang #MakinCakapDigital.

Hingga akhir tahun 2023, tercatat 24,6 juta orang telah mengikuti program peningkatan literasi digital yang dicanangkan pada tahun 2017. Kegiatan ini diharapkan mampu meningkatkan tingkat literasi digital sebanyak 50 juta orang.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %