5 Cara Mendidik Anak agar Memiliki Kepribadian Tangguh

Read Time:3 Minute, 48 Second

robbanipress.co.id, Jakarta – Sebagai orang tua pasti ingin memberikan yang terbaik untuk anak. Tentu saya ingin mereka tumbuh menjadi orang-orang yang bahagia, sehat, dan sukses.

Salah satu hal terpenting yang dapat Anda lakukan untuk mereka adalah membantu mereka mengembangkan kepribadian yang tangguh.

Sayangnya, orang tua dan guru seringkali fokus pada pengembangan keterampilan seperti membaca dan berhitung agar anak memiliki masa depan cerah. Namun, penelitian menunjukkan bahwa keterampilan sosial dan emosional lebih penting untuk kesuksesan di masa depan.

Laporan CNBC tahun 2015 dalam American Journal of Public Health menemukan bahwa anak-anak dengan keterampilan emosional, intelektual, dan sosial yang lebih tinggi di taman kanak-kanak lebih mungkin berhasil di masa depan.

Kemungkinan besar Anda akan kuliah, bekerja penuh waktu pada usia 25 tahun, dan terhindar dari masalah seperti putus sekolah, masalah hukum, dan kecanduan narkoba.

Namun nampaknya masih banyak mahasiswa yang belum siap secara emosional untuk kuliah. Sebuah studi tahun 2015 menemukan bahwa 60% siswa tahun pertama tidak siap secara emosional. Hal ini dapat menyebabkan kinerja akademis yang buruk dan pengalaman kuliah yang negatif.

Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan guru untuk fokus mengembangkan keterampilan sosial dan emosional sejak masa kanak-kanak. Hal ini akan membantu mereka menjadi lebih sukses dan bahagia di masa depan.

Berikut 5 hal yang bisa dilakukan orang tua untuk mendidik anaknya bahwa ia memiliki disabilitas intelektual.

Meyakinkan anak-anak dengan mengatakan, “Tunggu! Ini bukan masalah besar” atau “Jangan khawatir. Ini akan baik-baik saja” tidak membantu mereka bertumbuh.

Perasaan anak-anak itu nyata, dan tidak ada gunanya mengatakan kepada mereka bahwa perasaan mereka tidak benar. Orang tua yang cerdas mengajari anak-anak mereka bahwa perasaan mereka valid dan membantu mereka menghadapinya dengan cara yang sehat.

Orang tua mungkin mengatakan hal-hal seperti: “Marah boleh saja, tapi memukul tidak boleh.”

Ini membantu anak-anak memahami dan mengenali perasaan mereka dan belajar bagaimana mengekspresikannya secara konstruktif.

Orang tua harus sabar dan pengertian saat membantu anak mengatasi perasaannya. Dibutuhkan waktu dan latihan bagi anak-anak untuk belajar bagaimana mengelola emosinya.

Orang tua yang sukses tidak selalu menenangkan anaknya saat sedang kesal atau menenangkan saat sedih. Ini sebenarnya memberi anak alat untuk mengatur emosinya.

Orang tua yang aktif membantu anak-anak menemukan strategi mengatasi masalah. Mewarnai dapat membantu mereka mengatasi kesedihan, sementara anak-anak lain lebih suka mendengarkan musik.

Pendekatan ini membantu anak mengembangkan kemandirian emosional dan kepercayaan diri. Mereka belajar bahwa mereka dapat menangani perasaan mereka sendiri dan tidak selalu harus bergantung pada bantuan orang tua.

Dengan memberi anak alat untuk mengatur emosinya, orang tua membantu mereka mengembangkan fleksibilitas mental dan mempersiapkan mereka menghadapi berbagai situasi kehidupan.

Sangat menyakitkan bagi orang tua melihat anaknya melakukan kesalahan. Namun, orang tua yang cerdas melihat kesalahan sebagai kesempatan belajar yang berharga.

Pilihan dapat menjadi guru terbaik bagi seorang anak, beserta konsekuensi alami yang ditimbulkannya. Misalnya, anak akan mengalami dehidrasi jika lupa membawa botol minum.

Jika mereka terus belajar sampai menit terakhir, mereka akan merasa cemas dan mungkin mendapat nilai rendah.

Orang tua yang bijaksana tidak terburu-buru menyelamatkan anak-anaknya dari akibat-akibat ini. Sebaliknya, mereka akan membantu anak-anak memperoleh pengalaman sehingga mereka dapat mengambil keputusan yang lebih baik di masa depan.

Orang tua yang cerdas memahami bahwa memarahi atau menghukum anak karena lupa mengerjakan pekerjaan rumah atau mendapat nilai buruk bukanlah solusi yang tepat. Sebaliknya, mereka melibatkan anak dalam pemecahan masalah.

“Menurut Anda, apa yang bisa membantu Anda menjadi lebih bertanggung jawab?” Mereka akan mengajukan pertanyaan. Bekerjalah dengan anak Anda untuk membuat rencana yang dapat Anda terapkan bersama. Hal ini memungkinkan anak-anak untuk belajar dari kesalahan mereka dan mengembangkan keterampilan yang mereka butuhkan untuk menjadi lebih mandiri.

Konsekuensi atas perilaku buruk tetap diperlukan, dan disiplin yang digunakan oleh orang tua yang bijaksana berfokus pada pengajaran daripada hukuman. Tujuannya adalah untuk membantu anak-anak belajar dan tumbuh, bukan untuk mempermalukan mereka.

Pendekatan ini membantu anak-anak mengembangkan kepercayaan diri dan keterampilan memecahkan masalah.

Orang tua yang cerdas memahami bahwa ketidaknyamanan adalah bagian dari proses pembelajaran. Hal ini memungkinkan anak-anak untuk melatih keterampilan mereka melalui kebosanan, frustrasi dan kekecewaan.

Ini tidak berarti bahwa mereka memberikan anak-anak situasi yang sulit untuk membuat mereka lebih kuat. Sebaliknya, mereka ingin anak-anak belajar bagaimana menghadapi situasi yang tidak menyenangkan dengan cara yang sehat.

Orang tua yang cerdas tidak selalu berusaha membantu anaknya dengan mengatakan “Jangan takut”. Sebaliknya, mereka mendorong anak-anak mereka untuk menghadapi ketakutan mereka dengan berani.

Anak-anak belajar menoleransi ketidaknyamanan dan mendapatkan kepercayaan diri pada kemampuan mereka. Mereka belajar bahwa mereka dapat melakukan hal-hal yang tidak mereka sukai dan bahwa mereka dapat pulih dari rasa frustrasi.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post 15 Persen Penduduk Indonesia Kena Diabetes, Jokowi: Tolong Sering Cek Gula Darah
Next post Keripik Usus Naik Kelas, Snack Cabe Babe ID Punya Varian Super Pedas